BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang merupakan
bidang sangat strategis karena menyangkut sendi kehidupan manusia. Kebutuhan
manusia akan hidup itu dengan apa yang di makan, berdasarkan kenyataan ini
bahwa masyarakat di Indonesia memahami dan mengetahui apa saja kebutuhan
manusia untuk keberlangsungannya dalam kehidupan.
Kecukupan akan pangan dan gizi bagi setiap individu
selamanya mendapatkan prioritas utama
serta perhatian lebih pada masyarakat dunia, Baik di Negara maju maupun Negara
sedang berkembang.
Pertanian
tanaman pangan dan sayur-sayuran serta buah-buahan di Kalbar mempunyai potensi
yang baik, dengan hasil utamanya meliputi padi, jagung, kacang tanah, kacang
kedelai, kacang hijau, kacang panjang, petai, bayam, cabe, terung, ketimun,
durian, pisang, jeruk, duku, rambutan, pepaya, dan nenas.
hasil produk pertanian dan komoditas utama
tanaman pangan di Kalbar pada 1998 (dengan luas panen yang tidak berbeda jauh
dengan data 1997); adalah sebagai berikut: produksi padi (sawah dan ladang)
mencapai 827.499 ton; hasil panen jagung 32.614 ton; ubi kayu 194.507 ton; ubi
jalar 18.904 ton; kacang tanah 1.586 ton; kacang kedelai 4.065 ton; dan kacang
hijau 581 ton.
Pada merupakan bahan makanan pokok yang paling digemari bangsa Asia
pada umumnya termasuk Indonesia. Menu Indonesia sebagian besar terdiri dari
karbohidrat, hal ini dapat dilihat pada besarnya porsi nasi setiap hari
dihidangkan. Macam beras yang dikenal adalah beras tumbuk, beras giling, dan
beras merah. Beras adalah bahan makanan yang susunan zat gizinya terdiri dari
karbohidrat, phospor, dan thiamin atau vitamin B1. Zat makanan lain meskipun
kadarnya di dalam beras rendah tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak
menjadi banyak pula
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum
ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengtahi bagaimana cara menanam padi
2. Untuk mengetahui berapa hasil malai pertanaman dengan
menggunakan system tanaman yang digunakan masing-masing mahasiswa dalam
praktikumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Padi
Kingdom:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Oryza
Spesies: Oryza sativa L.
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Oryza
Spesies: Oryza sativa L.
Padi (bahasa latin: Oryza
sativa L.) merupakan salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan
untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa
disebut sebagai padi liar.
Padi diduga berasal dari India
atau Indocina
dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia
sekitar 1500 SM. [1]
Produksi
padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia,
setelah jagung
dan gandum.
Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia. Hasil
dari pengolahan padi dinamakan beras.
2.2 Ciri-Ciri Umum Padi
Padi
termasuk dalam suku padi-padian atau POACEAE (GRAMINAE atau GLUMIFLORAE). Terna
semusim,berakar serabut,batang sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk
dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah
tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua,berurat daun
sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian bunga tersusun
majemuk,tipe malai bercabang,satuan bunga disebut FLORET yang terletak pada
satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang
tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga
lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa
sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu
jenis ENDUSPERMIUM.
Dari
segi reproduksi,padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,karena 95% atau
lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan
terjadi,zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri.Zigot
berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm.Pada akhir
perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm.Bagi
tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi. Keanekaragaman
budidaya
2.3
Syarat Tumbuh
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur
19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.
2.4 Pedoman Teknik Budidaya
19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.
2.4 Pedoman Teknik Budidaya
A.
Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per
1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar
50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah
3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
B.
Perendaman
Benih
o
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian
diperam ( sebelumnya ditiriskan atau dietus )
o
Lamanya pemeraman
o
Benih
diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.
C.
Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Perbedaan antara persemaian kering dan basah
terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah
telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air:
o
Air akan melunakan tanah
o
Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
o
Air dapat dipergunakan
untuk memberantas serangga perusak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air
akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu
masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan
pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas
persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
D.
Pemindahan
benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke
sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat,
pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
E.
Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan
makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan
/ produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :
·
Pupuk alam ( organik )
·
Pupuk buatan ( an organik )
F.
Pengolahan
Lahan Ringan
Dilakukan pada umur 20 HST,
bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan
menyerap oksigen.
G. Penyiangan
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
H. Pengairan
Penggenangan air dilakukan pada fase
awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan
pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan
pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat
pemasakan bij.
I.
Hama dan
Penyakit
Ø Penggerek batang padi putih ("sundep",
Scirpophaga innotata)
Ø Penggerek batang padi
kuning (S. incertulas)
Ø Wereng batang punggung
putih (Sogatella furcifera)
Ø Wereng coklat
(Nilaparvata lugens)
Ø Wereng hijau
(Nephotettix impicticeps)
Ø Lembing hijau (Nezara
viridula)
Ø Walang sangit
(Leptocorisa oratorius)
Ø Ganjur (Pachydiplosis
oryzae)
Ø Lalat bibit (Arterigona
exigua)
Ø Ulat tentara/Ulat grayak
(Spodoptera litura dan S. exigua)
Ø Tikus sawah (Rattus
argentiventer)
Ø blas (Pyricularia
oryzae, P. grisea)
Ø hawar daun bakteri
("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
J.
Panen dan Pasca Panen
Ø Panen
dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk
Ø Alat yang
digunakan ketam atau sabit
Ø Setelah
panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
Ø Usahakan
kehilangan hasil panen seminimal mungkin
Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
Ø Dilakukan
pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
Ø Setelah
kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
Ø Beras siap
dikonsumsi.
2.5Tanah Gambut
Gambut adalah jenis tanah
yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan
yang setengah membusuk;
oleh sebab itu, kandungan bahan
organiknya tinggi. Sebagai
bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³,
yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km²
atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira
8 miliar terajoule.
Gambut terbentuk tatkala
bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di
lahan-lahan berawa,
karena kadar keasaman
yang tinggi atau kondisi anaerob
di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut
tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun,
ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk.
Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi,
sisa-sisa bangkai binatang
dan serangga
yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
Lazimnya di dunia, disebut
sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan
tetapi hutan-hutan rawa gambut
di Indonesia
umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm.
Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck
Menurut kondisi dan
sifat-sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas gambut topogen dan
gambut ombrogen:
Ø Gambut
topogen ialah lapisan tanah gambut yang
terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah
cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini
umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja, tidak begitu asam
airnya dan relatif subur; dengan zat hara
yang berasal dari lapisan tanah mineral
di dasar cekungan, air sungai,
sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan.
Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
Ø Gambut
ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua
gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih
tua umurnya, pada umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m,
dan permukaan tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya.
Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut
dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang
keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH
3,0–4,5), mengandung banyak asam humus
dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh
yang pekat. Itulah sebabnya sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air
hitam.
Gambut ombrogen
kebanyakan terbentuk tidak jauh dari pantai. Tanah gambut ini kemungkinan
bermula dari tanah endapan mangrove
yang kemudian mengering; kandungan garam
dan sulfida
yang tinggi di tanah itu mengakibatkan hanya sedikit dihuni oleh jasad-jasad
renik pengurai.
Dengan demikian lapisan gambut mulai terbentuk di atasnya. Penelitian di Sarawak
memperlihatkan bahwa gambut mulai terbentuk di atas lumpur mangrove sekitar
4.500 tahun yang lalu ; pada awalnya dengan laju penimbunan sekitar
0,475 m/100 tahun (pada kedalaman gambut 10–12 m), namun kemudian menyusut
hingga sekitar 0,223 m/100 tahun pada kedalaman 0–5 m. Agaknya semakin tua hutan
di atas tanah gambut ini tumbuh semakin lamban akibat semakin berkurangnya
ketersediaan hara.
Berdasarkan tingkat kematangannya,
gambut dibagi menjadi tiga jenis yaitu gambut yang belum matang (fibrik),
gambut setengah matang (humik), dan gambut yang telah matang (saprik). Gambut yang lebih matang biasanya lebih subur
dibandingkan dengan yang kurang matang.
Pemanfaatan lahan gambut untuk
pertanian termasuk perkebunan dan tanaman industri tergolong sangat rawan,
terutama jika dilaksanakan pada gambut tebal di daerah pedalaman (disebut
gambut pedalaman).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan Dan Alat
v Bahan
·
Benih
padi
·
tanah
·
air
v Alat
· Ember
· Meteran
· Alat tulis
3.2 Prosedur Kerja
Penyiapan media tanaman:
Ø
tanah
yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah gambut (saprik).
Ø
Penghalusan
dan pemisahan tanah dari kotoran (tumbuhan yang masih utuh atau berbagai benda
selain tanah)
Ø
Masukkan
tanah ke dalam ember sebagai media tanam
Pembenihan :
Ø
Benih
direndam selama 24 jam
Ø
Tanam
di media semai
Ø
Pemeliharaan
dengan penyiraman yang dilakukan pada pagi dan sore hari
Pemeliharaan :
Ø
Setelah
tanaman berumur 14 hari setelah
berkecambah(mempunyai 2-3 helai daun), bibit dipindahkan ke media tanam
Ø
Penanaman
menggunakan system sawah
Ø
Air
(penggenangan) diberikan sampai kurang lebih 5 cm di atas permukaan tanah
Ø
Tidak
ada pemberian pupuk dan penyiangan
3.3 Parameter Pengamatan
Parameter
pengamatan yang kami gunakan dalam praktikum kali ini adalah :
Ø Waktu berkecambah
Ø Umur bibit di pindahkan
Ø Pengamatan per minggu (tinggi tanaman; jika telah tumbuh malai, hitung juga per
minggu)
Ø Waktu pembentukan primodial
Ø Waktu keluar malai
Ø Jumlah malai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel.1 Tinggi Tanaman per Minggu (cm)
|
||
Minggu ke-
|
Tanaman A
|
Tanaman B
|
1
|
25,6
|
20,6
|
2
|
29,7
|
23,3
|
3
|
34
|
33,7
|
4
|
42,7
|
42,1
|
5
|
48,1
|
44,5
|
6
|
55,2
|
50,4
|
7
|
56,6
|
55,9
|
8
|
62,9
|
59,2
|
9
|
78,1
|
66,3
|
10
|
88,3
|
79,8
|
Total
|
521,2
|
475,8
|
Rata-Rata
|
52,12
|
47,58
|
Tabel
2. jumlah anakan per minggu
|
||
Minggu ke-
|
Tanaman A
|
Tanaman B
|
4
|
2
|
2
|
5
|
5
|
4
|
6
|
9
|
6
|
7
|
12
|
8
|
8
|
16
|
11
|
9
|
18
|
15
|
10
|
21
|
18
|
Total
|
83
|
64
|
Rata-Rata
|
11.85714286
|
9.1428
|
Pada praktikum ini saya menggunakan padi varietas
Ciherang. Penyemaian dilakukan pada tanggal 30 maret 2012 dan penanaman
dilakukan pada tanggal 13 april 2012 (umur tanaman 14 hari setelah semai). Pada
tanggal 11 mei 2012, anakan sudah mulai muncul (minggu ke 4 setelah tanam).
System tanaman yang saya lakukan menggunakan system sawah dan tanpa pemupukan.
Pemeliharaan yang saya lakukan hanyalah penyiraman jika media tanam kekurangan
air.
Pengamatan tanaman ini tidak dilakukan sampai selesai, oleh karena itu
data yang di dapat hanya tinggi tanaman per minggunya dan jumlah anakan setelah
tumbuh per minggu. Varietas Ciherang memiliki siklus hidup lebih dari 3
bulan. Hal ini dibuktikan dari belum
memasukinya fase primodial setelah tanaman memasuki akhir bulan ke 3.
Pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman padi setelah
memasuki akhir bulan ke 3 adalah 45-55 cm, sedangkan untuk jumlah anakan yang
muncul rata-rata 8 sampai 12 anakan. Hal ini membuktikan bahwa pada tanah
gambut pun padi masih dapat berkembangbiak dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum ini adalah padi
varietas ciherang memiliki siklus hidup lebih dari 3 bulan, hal ini disimpulkan
karena telah memasuki akhir bulan ketiga tanaman padi ini belum juga
menunjukkan memasuki fase primodial.
Karena hal itu, praktikan belum mendapatkan hasil dari praktikum yang
telah ia laksanakan.
5.2
Saran
Saran
dalam praktikum kali ini sebaiknya praktikan melaksanakan praktikumnya sampai mendapatkan hasil yang di
inginkan.
No comments:
Post a Comment